Rahim Pengganti

Bab 98 "Kelakuan Aneh Bian"



Bab 98 "Kelakuan Aneh Bian"

0Bab 98     

Kelakuan Aneh Bian     

Sudah lima bulan, Siska berada di sana dan selama itu juga banyak hal yang sudah berubah dari wanita itu. Bahkan penampilannya juga sama, Siska yang dulunya sering menggunakan pakaian yang cukup terbuka, kali ini tidak beberapa pakaian sudah mulai tertutup dan hal itu membuat Siska lebih nyaman menjalani hidupnya.     

Seperti kali ini, dengan kemeja berwarna pink, Siska datang ke Cafe. Hari ini dirinya berangkat sedikit terlambat, karena pagi tadi keponakannya tersayang itu tiba tiba menelpon meminta kado, karena Melody satu bulan lagi akan berulang tahun.     

"Selamat pagi ibu Siska yang cantik," sapa Dodi. Pria itu selalu saja bertingkah seperti ini, terkadang Siska hanya bisa geleng geleng kepalanya melihat tingkah laku Dodi yang luar biasa bikin kepala sakit.     

"Teh Jasmine ya Mas," ujar Siska. Dengan layak seorang ajudan, Dodi segera membuatkan minuman khusus untuk Siska.     

Siska segera masuk ke dalam ruangannya, hal pertama yang dilakukan oleh wanita itu adalah merapikan ruangannya. Sudah selama lima bulan dirinya di sini, da selama itu juga Siska merasakan hidup nya jadi lebih berwarna, mengelola dan memantau semuanya sendiri. Membuat Siska menjadi belajar dalam segala hal tentang sebuah kerja keras.     

Suara pintu di ketuk membuat Siska yang sedang memandangi foto mengalihkan pandangannya.     

"Permisi ibu cantik. Ini teh nya," ujar Dodi. Pegawainya satu itu memang sering membuat semua orang hanya bisa menatap tingkah laku nya yang benar benar luar biasa.     

"Makasih ya mas Dodi. Oh ya Mbak Tia udah masuk atau masih cuti?" tanya Siska.     

Tia salah satu pegawai Cafe ini seminggu yang lalu baru saja menikah.     

"Sudah bu. Tadi di antar sama suami nya bew, kalau ibu lihat pasti pengen lempar pakai wajan."     

"Lah emang kenapa?" tanya Siska sengaja seolah tidak tahu, padahal setiap kali masuk ke dalam ruangannya hal pertama yang Siska cek adalah cctv.     

Bukan karena dirinya tidak percaya dengan karyawannya hanya saja meminimalisir kejadian yang tidak diinginkan dan Siska tidak mau hal itu terjadi, dirinya menjadi penanggung jawab penuh mengenai cafe tersebut jika sesuatu hal terjadi.     

"Ibu tahu lah gimana lebai nya pengantin baru," jawab Dodi kesal. Bukan karena pria itu cemburu tapi, karena memang sikap Tia dan suaminya luar biasa aneh. Padahal yang terlihat, biasa biasa saja.     

Siska lalu meminta Dodi untuk mengantarkan beberapa laporan mingguan. Cafe ini tidak hanya memiliki dua karyawan lagi tapi ada beberapa. Semuanya atas izin Carissa, bagi Siska Kaka iparnya itu tetap harus tahu segala sesuatu yang terjadi di Cafe. Padahal Caca sudah mengatakan bahwa semua keputusan ada di tangan Siska sepenuhnya.     

Di lain tempat, saat ini Carissa hanya bisa mendengus kesal. Wanita itu sudah sejak tadi meminta suaminya itu dan Melody untuk berhenti bermain air. Tapi kedua nya seolah tidak mau mendengar kan apa yang diucapkan oleh Caca.     

"Mas astaga kalian berdua bisa berhenti gak sih. Ini udah jam berapa, kamu harus berangkat meeting loh Mas," ucap Caca kesal.     

Tapi Bian tetap dengan tingkah lakunya, pria itu masih bermain air dengan Melody. Sedangkan Melody menatap ke arah sang Bunda dengan tatapan yang begitu menggemaskan. Sungguh melihat hal seperti ini, membuat Caca tidak mampu marah. Anak gadisnya itu benar benar mampu, menyihir semua orang.     

***     

Carissa berjalan menuju meja makan dengan perasaan kesal, wanita itu lalu menatap ke arah ibu mertua yang sedang duduk. Mama Ratih menoleh ke arah Caca dan tersenyum.     

"Kenapa sayang? Kamu kok cemberut gitu, pagi pagi gini," tegur Mama Ratih. Caca baru sadar akan sikapnya yang tidak seharusnya.     

"He he he, bukan seperti itu Ma. Cuma, Mas Bian sama Melody masih di dalam kamar mandi. Udah tahu ini jam berapa, mana mau meeting katanya kemarin."     

"I am here," teriak Bian dengan senyum yang mengembang dengan lebar, apa lagi keduanya sudah sangat rapi. Carissa menatap mereka dengan tatapan yang sulit di artikan, astaga keduanya memang membuat Carissa hanya mampu menggelengkan kepalanya.     

Bian hanya bisa menatap, istrinya itu sambil tersenyum. Dirinya tahu saat ini sang istri dapat dipastikan sedang kesal dan marah. Namun, Bian berusaha bersikap biasa biasa saja.     

"Kamu itu Bian. Udah punya anak satu, masih aja suka jahilnya. Awas aja kalau menantu Mama kesal terus minggat lagi, kamu itu Mama bikin jadi kambing guling," ucap Mama Ratih. Mendengar ucapan yang dilontarkan oleh Mama Ratih, membuat Bian hanya bisa terdiam tatapannya begitu bingung, sungguh Mamanya ini sangat tidak ingin Caca bersedih.     

Sedangkan Carissa yang mendapatkan pembelaan, dari mertuanya tersenyum dengan penuh kemenangan.     

"Makan siang nanti mau aku antar atau gimana Mas?" tanya Carissa saat ini wanita itu sedang mengantar Bian untuk pergi ke kantor.     

"Kamu ke kantor aja Sayang, kita makan siang sama sama."     

"Terus Melody mau di tinggal. Kasihan Mama Mas, aku tuh pengen ajak Mama pergi ke dokter. Kayaknya sakit Mama itu makin parah," ujar Caca.     

Yang sejak kejadian menimpa Siska, memang banyak perubahan yang terjadi kepada tubuh Mama Ratih, wanita itu terlihat tidak baik baik saja. Aura kesenangan seolah hilang tapi Mama Ratih tetap memperlihatkan bahwa dirinya baik baik aja.     

"Katanya Bunga dan Alan mau ajak Melody ke rumahnya."     

"Oh iya, oke siap. Nanti aku antar Melody ke rumah Mas Alan dulu, baru nanti aku mampir ke kantor kamu ya Mas," jawab Caca.     

Bian tersenyum lalu mengecup dahi istrinya cukup lama, setelah itu Bian masuk ke dalam mobil. Caca masih setia berada di sana, sampai mobil suaminya itu tidak terlihat.     

***     

Suara ketukan pintu membuat pria yang sedang tertidur itu mulai membuka matanya, di liriknya jam yang ada di samping tempat tidur, sudah menunjukkan pukul 07.00 pagi dan itu artinya dirinya sudah terlambat pergi ke kantor.     

Tidak biasanya dirinya seperti ini, semua ini karena kepalanya yang berdenyut sakit semalaman, sehingga membuat Elang harus meminum obat. Ya, pria itu bernama Elang. Pria yang berubah 180 derajat dari sebelumnya.     

Elang semakin tidak tersentuh, pria ini lebih menjadi sosok yang begitu misterius. Bahkan Jodi yang biasa bertemu dengannya merasakan banyak perubahan yang yerndit pada dirinya.     

"Kamu sudah bangun, ayo sarapan dulu sini," tegur Mama Elang. Tapi pria itu seperti tidak mendengar, Elang langsung masuk ke dalam mobilnya. Sedangkan Mama Elang hanya bisa terdiam, dengan sudut matanya yang mengembun.     

Perubahan sikap Elang seperti ini, membuat Mama Elang bersedih, wanita itu tidak bisa diperlakukan seperti ini, bukan hanya Elang tapi suaminya juga seperti itu.     

##     

Selamat membaca, yang mau saling follow Instagram boleh sialakan berkunjung. Terima kasih.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.